Apa itu Cloud Native? Ketahui Karakteristik dan Kelebihannya

Cloud native

Saat ini layanan Cloud Native menjadi tren bagi perusahaan yang ingin mengembangkan perangkat lunak. Menurut survei yang dilansir dari situs O’Reilly terhadap 2.834 responden, menunjukkan 30% sebagian besar responden telah mengembangkan aplikasi Cloud Native.

Sementara sebanyak 37% berencana menggunakan platform Cloud Native, dan sisanya 30% tidak akan melakukan penyesuaian. Lembaga riset Gartner bahkan membuat prediksi yang menyatakan bahwa pada 2025 platform Cloud Native akan digunakan secara menyeluruh.

Riset tersebut juga memperkirakan 95% beban kerja digital pada platform Cloud Native baru sepenuhnya akan diluncurkan di tahun 2025. Sementara dari segi bisnis, pengembang perangkat lunak berbasis Cloud Native gencar meluncurkan aplikasi secara cepat, tanpa kompromi terhadap keamanan dan kualitasnya.

Hal itu karena perusahaan didesak untuk melakukan inovasi agar dapat bersaing dengan kompetitor. Lantas, apa sebenarnya Cloud Native itu? Seperti apa karakteristik serta kelebihannya? Untuk mengetahuinya lebih lanjut, mari simak artikel ini hingga selesai.

Apa itu Cloud Native?

Cloud Native adalah pendekatan perangkat lunak untuk membangun deployment dan mengelola aplikasi melalui komputasi awan. Cloud Native dirancang dengan infrastruktur komputasi awan untuk public, private, atau hybrid.

Cloud Native juga diartikan sebagai aplikasi yang memanfaatkan inovasi dalam cloud computing. Perangkat lunak ini menjadi solusi bagi masalah pada aplikasi yang belum menggunakan komputasi awan. Contohnya, aplikasi lama membutuhkan intervensi manual yang tidak dapat diskalakan atau di-restart saat mengalami kegagalan.

Salah satu yang membangun ekosistem berkelanjutan untuk perangkat lunak Cloud Native ini adalah Cloud Native Computing Foundation. CNCF merupakan proyek Linux Foundation yang berdiri pada 2015 dengan tujuan membangun teknologi kontainer dan menyelaraskan evolusi industri teknologi.

Karakteristik Aplikasi Cloud Native

https://www.freepik.com/free-photo/hologram-projector-screen-with-cloud-system-technology_16016411.htm#query=cloud%20computing&position=1&from_view=search&track=sph

Jika hanya menggunakan infrastruktur cloud saja, tentu tidak membuat suatu aplikasi menjadi Cloud Native. Hal ini bisa jadi dikarenakan aplikasi tersebut memang dirancang untuk instalasi on-premise. Karena itulah, aplikasi berbasis Cloud Native dibangun untuk memaksimalkan manfaat komputasi awan tersebut. Lantas, apa saja karakteristik aplikasi berbasis Cloud Native tersebut? Berikut uraiannya.

1.     Arsitektur Microservice

Ciri khas pertama pada aplikasi Cloud Native yakni penggunaan arsitektur microservice. Rancangan pada aplikasi terdiri dari komponen yang terpisah-pisah. Karena itulah disebut sebagai microservice, atau layanan mikro.

Setiap komponen memiliki fungsi yang berbeda dan independen, serta dapat ditangani tim pengembang yang berbeda.

Arsitektur microservice juga memiliki berbagai kelebihan yang dapat memungkinkan perubahan, pembaruan dan penambahan fitur secara cepat. Hal inilah yang memungkinkan inovasi dapat bergerak lebih cepat dalam menanggapi kebutuhan pasar.

Selain itu, rancangan microservice ini dapat meningkatkan atau mengecilkan secara bertahan dan teroptimisasi. Dikarenakan perubahan bisa dibatasi pada komponen yang dibutuhkan saja.

2.     Kontainer

Karakteristik selanjutnya yakni kontainer. Teknologi ini menjadi keharusan bagi aplikasi berbasis Cloud Native. Kontainer lebih ringan, dengan ukuran puluhan megabyte dan hanya memuat lingkungan dan library yang dibutuhkan aplikasi.

Berbeda dengan virtual machine (VM) yang memuat sistem operasi secara utuh. Hal inilah yang menjadikan kontainer lebih cepat dan efisien saat diluncurkan.

3.     Orkestrasi atau Otomatisasi

Aplikasi berbasis Cloud Native memerlukan penggunaan orkestrasi kontainer. Sebab kontainer dapat meluncurkan dan menghapus ribuan kontainer dalam sekali waktu.

Hal tersebut dikarenakan sifat kontainer yang ringan dan compact. Akan tetapi pengelolaannya tidak mungkin dilakukan secara manual. Karena itulah, peran orkestrasi kontainer dibutuhkan untuk mengotomasi berbagai tugas kontainer.

4.     DevOps

DevOps merupakan praktik yang mempercepat proses realisasi dari gagasan ke pengembangan dan tahap rilis produk jadi. Pendekatan ini memungkinkan antara tim pengembang dan tim operasional untuk bekerja sama sehingga dapat memenuhi lingkungan bisnis terkini.

Hal tersebut juga menjadikan perusahaan lebih responsif terhadap tuntutan pasar dan pelanggan. Selain itu, pendekatan ini juga dimungkinkan karena perangkat otomasi, metode CI/CD dan kontainer.

Kontainer memungkinkan tim pengembang bekerja di lingkungan yang sama seperti tim produksi. Dengan begitu, pengembang dapat mengerjakan aplikasinya, menguji dan merilisnya ke tahap produksi.

Adapun perangkat otomasi memungkinkan proses pengujian, integrasi, serta rilis dapat dilakukan secara cepat setelah pengembang melakukan penambahan atau perubahan fitur baru.

Arsitektur Aplikasi Cloud Native

Rancangan Cloud Native menggabungkan komponen perangkat lunak, digunakan oleh tim pengembang untuk membangun dan menjalankan aplikasi berbasis Cloud Native yang dapat diskalakan.

CNCF membagi komponen tersebut di antaranya Infrastruktur Permanen, Layanan Mikro, API Deklaratif, Kontainer, dan Mesh Layanan. Semuanya menjadi blok teknologi arsitektur Cloud Native.

Infrastruktur Permanen

Infrastruktur Permanen ini menandakan server untuk hosting aplikasi Cloud Native agar tidak berubah setelah deployment. Server lama akan dibuang jika aplikasi membutuhkan lebih banyak sumber daya komputasi. Sehingga aplikasi dipindahkan ke server dengan performa tinggi yang baru.

Infrastruktur Permanen ini menjadikan deployment Cloud Native sebagai proses yang dapat diprediksi dengan menghindari peningkatan manual.

Layanan Mikro

Layanan mikro merupakan komponen perangkat lunak kecil dan independen. Secara kolektif, layanan mikro berfungsi sebagai perangkat lunak Cloud Native yang lengkap. Layanan mikro ini fokus pada masalah kecil dan spesifik.

Layanan mikro ini juga digabungkan secara longgar. Artinya layanan tersebut berkomunikasi satu sama lain. Developer membuat perubahan pada aplikasi dengan membuat layanan mikro individu, sehingga aplikasi dapat terus berfungsi meski satu layanan mikro gagal.

API

API merupakan metode yang digunakan dua atau beberapa program perangkat lunak dalam bertukar informasi. Sistem Cloud Native menggunakan sistem ini untuk menyatukan layanan mikro yang digabung secara longgar.

API memberikan data yang diinginkan layanan mikro dan hasil yang dapat diberikan.

Mesh Layanan

Mesh layanan dapat dikatakan sebagai lapisan perangkat lunak dalam infrastruktur komputasi awan. Fungsinya mengelola komunikasi antara beberapa layanan mikro. Biasanya developer menggunakan layanan mesh ini untuk mengenalkan fungsi tambahan, tanpa harus menulis kode baru pada aplikasi.

Kontainer

Kontainer merupakan unit komputasi terkecil dalam aplikasi Cloud Native. Komponen perangkat lunak ini mengemas kode layanan mikro dan berkas lain yang diperlukan pada sistem Cloud Native.

Aplikasi berbasis Cloud Native dapat berjalan secara independen dari sistem operasi dan perangkat keras karena kontainerisasi layanan mikro tersebut. Sehingga pengembang perangkat lunak dapat melakukan deployment aplikasi Cloud Native secara on-premise.

Selain itu, berikut beberapa manfaat kontainer lainnya:

  • Dapat menggunakan sumber daya komputasi secara efisien dibandingkan deployment aplikasi konvensional
  • Melakukan deployment hampir secara langsung
  • Menskalakan sumber daya komputasi cloud yang dibutuhkan aplikasi dengan lebih efisien

Manfaat dan Kelebihan Aplikasi Berbasis Cloud Native

https://www.freepik.com/free-photo/saas-concept-collage_26301279.htm#query=cloud%20computing&position=32&from_view=search&track=sph

Aplikasi berbasis Cloud Native memang dirancang untuk memaksimalkan keunggulan komputasi awan. Aplikasi jenis ini tentu memiliki keunggulan dibanding aplikasi komputasi awan biasa. Berikut beberapa keunggulannya:

  • Hemat biaya, karena penggunaan sumber daya komputasi dapat ditingkatkan atau diperkecil sehingga lebih efisien.
  • Dirancang untuk skalabilitas, karena arsitektur layanan mikro memungkinkan setiap komponen aplikasi terpisah. Masing-masing dapat mengubah penggunaan sumber daya secara mandiri.
  • Portabel, karena penggunaan teknologi kontainer. Aplikasi berbasis Cloud Native dapat ditransfer lebih mudah dari private Cloud ke public Cloud, atau dari suatu layanan komputasi awan ke layanan lainnya jika diperlukan.
  • Lebih diandalkan bila terjadi kegagalan atau masalah di satu layanan mikro, dan tidak akan ada berpengaruh ke microservice lainnya. Hal ini karena masing-masing terisolasi satu sama lain.
  • Tidak ada vendor lock-in, karena biasanya penyedia layanan melakukan peningkatan atau perubahan pada kebijakan tanpa persetujuan.

Kenapa Harus Migrasi ke Cloud Native?

Developer aplikasi Cloud Native tentu saja bekerja dengan penuh pertimbangan ketika ingin menciptakan aplikasi baru. Karena itulah setiap aplikasi yang berjalan di Cloud harus dirancang sebagai aplikasi berbasis Cloud Native.

Lantas, aplikasi lama monolitik yang sebelumnya dijalankan, dapat diinstal on-premise dan bisa dimigrasikan ke layanan Cloud dengan mudah menggunakan layanan IaaS. Akan tetapi, perusahaan mungkin mempertimbangkan untuk mendesain ulang aplikasi yang ada menjadi Cloud Native.

Berikut pertimbangan untuk migrasi aplikasi lama ke Cloud Native, di antaranya:

  • Kode sudah berkembang sedemikian rupa sehingga butuh waktu lama untuk merilis versi baru. Hal ini dapat membuat perusahaan terlambat menghadapi tuntutan pasar dan pelanggan.
  • Berbagai komponen aplikasi memiliki persyaratan skala yang berbeda.
  • Muncul teknologi baru yang lebih mudah ditambahkan menjadi bagian dari aplikasi Cloud Native daripada aplikasi monolitik.

Pendekatan Cloud Native Dapat Menguntungkan Bisnis

Perusahaan mendapatkan keunggulan kompetitif dalam berbagai cara ketika membangun aplikasi berbasis Cloud Native ini. Lantas, bagaimana pendekatan Cloud Native dapat menguntungkan dari segi bisnis? Berikut ini uraiannya.

Meningkatkan efisiensi

Pengembang Cloud Native menghadirkan praktik tangkas seperti DevOps dan pengiriman berkelanjutan atau CD. Developer menggunakan alat otomatis, budaya desain modern, dan layanan cloud untuk membangun aplikasi yang diskalakan secara cepat.

Mengurangi biaya

Perusahaan tidak perlu melakukan investasi dalam pengadaan dan pemeliharaan infrastruktur fisik yang mahal. Hal ini tentunya dapat mengurangi biaya dan penghematan jangka panjang.

Memastikan ketersediaan

Perusahaan dapat membangung aplikasi yang tangguh dengan sangat baik ketika menggunakan teknologi Cloud Native. Pembaruan fitur tidak akan menyebabkan waktu terhenti sehingga perusahaan dapat menaikan skala sumber daya aplikasi.

Itulah penjelasan singkat mengenai apa itu Cloud Native dan serangkaian hal lainnya yang berkaitan dengan teknologi komputasi awan ini. Jika dibandingkan dengan aplikasi korporasi tradisional, aplikasi berbasis Cloud Native ini menggunakan pendekatan kolaboratif dan dapat diskalakan dengan mudah pada platform yang berbeda. Pengembang menggunakan alat perangkat lunak untuk mengotomatisasi pembuatan, pengujian, dan deployment dalam aplikasi Cloud Native. Hal tersebut tentunya tidak dapat dilakukan oleh aplikasi tradisional.

Temukan artikel lainnya seputar teknologi di blog Cloud Raya, atau Anda juga bisa mengunjungi knowledge base kami untuk mendapatkan bacaan tutorial seputar Cloud Raya. Lebih suka menonton video? kunjungi chanel youtube kami di sini.

Facebook
Twitter
LinkedIn

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post comment

Ready, Set, Cloud

Ready, Set, Cloud